Minggu, 18 Desember 2011

BUDIDAYA DAN PRODUKSI TANAMAN TEH


I.                   PENDAHULUAN

Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis L) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun. Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (fine plucking) dan cara pewmetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di bawahnya, termasuk batangnya.
Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990 luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998 mencapai 136.109 ton. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:
Divisi               : Spermatopyta
Sub                  : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Keluarga          : Transtroemiaceae
Genus              : Camellia
Spesies            : Camellia sinensis L.


Menurut KBBI dalam jaringan Teh adalah "pohon kecil, tumbuh di alam bebas, daunnya berbentuk jorong atau bulat telur, pucuknya dilayukan dan dikeringkan untuk dibuat minuman (di pabrik dsb); Camellia sinensis" Tanaman teh biasanya tumbuh pada daerah tropis, di ketinggian 200-2000 meter dengan suhu 14-25 derajat celcius. Hingga saat ini diperkirakan terdapat 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara. Tanaman teh dapat mencapai ketinggian 9 meter tetapi biasanya dijaga supaya tidak lebih dari 1 meter supaya memudahkan pengambilan pucuknya. Berdasarkan cara memprosesnya teh dibagi menjadi empat jenis yaitu teh putih, teh hijau, teh oolong, teh hitam.
1.      Teh Putih, adalah jenis teh yang tidak mengalami proses fermentesi dan proses pengeringan dan penguapannya dilakukan sangat singkat. Untuk membuatnya hanya diambil pucuk teh yang diambil adalah yang belum benar-benar mekar dan kuncup daunnya masih ditutupi seperti rambut putih yang halus. Teh puth paling banyak diproduksi di Cina di propinsi Fujian. Pembuatan teh putih ini memiliki proses yang lebih sederhana dari pada pembuatan teh lainnya. Teh putih memiliki kandungan katekin yang paling tinggi daripada jenis teh lainnya. Katekin mampu mengurangi kolestrol, meningkatkan fungsi pembuluh darah sehingga dapat mencegah penyakit kardiovaskular (jantung).
2.      Teh Hijau, adalah jeniss teh yang tidak mengalami proses fermentasi tetapi memiliki proses pengeringan dan penguapan yang lebih panjang dari teh putih. Teh hijau banyak diproduksi di Cina, Indonesia, Jepang, Vietnam. Pemanasan daun teh hijau dikenal dengan dua cara yaitu tradisional Jepang dengan menggunakan uap, cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas.
3.      Teh hijau juga memiliki kandungan katekin yang tinggi sehingga juga dapat untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit, mencegah pertumbuhan penyakit kanker.
4.      Teh Oolong , adalah teh tradisional Cina dengan semi fermentasi. Teh ini dibuat dengan cara yang unik yaitu pelayuan dibawah sinar matahari yang kuat. Derajat fermentasinya ada di antara 8%-85% bergantung dari cara memproduksinya. Teh Oolong juga memiliki rasa yang beragam. Teh olong dapat membantu kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada penelitian modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif mengontrol kadar kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula.
5.      Teh Hitam , adalah teh yang mengalami proses fermentasi yang paling lama. Teh Hitama memiliki kandungan kafein yang tinggi dan rasa yang kuat dibanding dengan teh lainnya. Teh ini merupakan teh yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Karena kandungan kafeinnya yang tinggi teh ini dapat membantu mencegah kantuk serta meningkatkan konsentrasi.
v  Manfaat dan kandungan pada tanaman teh
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida.
Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian makroskopiknya yaitu sebagai berikut:
  1. Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang
  2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya berambut sedang telah tua menjadi licin
  3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan terbenam
Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak atsiri. Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau dibawahnya, digulung dan difermentasikan untuk kemudian diberikan pada penderita.












II.    BUDIDAYA TANAMAN TEH

v  Syarat Tumbuh
1. Iklim
  • Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
  • Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan kekeringan.
  • Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 oC.
  • Kelembaban udara kurang dari 70%.
2. Media Tanaman
  • Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
  • Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
  • Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.


3. Ketinggian Tempat
Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut. Ada kaitan erat antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu makin rendah elevasi, suhu udara makin tinggi. Untuk mengatasi hal ini, pertanaman teh di daerah rendah memerlukan bantuan pohon pelindung yang dapat mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.
Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 meter sampai 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempat yaitu:
Daerah dataran rendah            : 400 sampai 800 m (dpl), dengan suhu mencapai 23oC-24oC.
Daerah dataran sedang           : 800 sampai 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 21oC-22oC.
Daerah dataran tinggi             : di atas 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 18oC-19oC.
             Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di atas 1500 meter dpl, sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku (night frost) pada bulan terkering di musim kemarau. Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu, mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh, karena perbedaan sifat pertumbuhan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu dari teh jadi. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).

v  Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.
a.       Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah dipungut.
  1. Perkecambahan dalam badengan
a)      Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.
b)      Taburkan benih di atas hamparan pasir.
c)      Hamparkan kembali pasir di atas benih.
d)     Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-benih sebanyak 3 tumpuk.
e)      Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
f)       Naungi bedengan dengan daun kering.
g)      Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan pada bedengan atau polibag.
  1. Penanaman
a)      Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.
b)      Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang dinaungi.
c)      Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan, pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10 liter.
d)     Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump).
Pembibitan Stek Daun
Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam bedengan yang terletak di dalam naungan pembibitan.
§  Bahan tanaman
a)      Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).
b)      Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).
c)      Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai daun.
d)     Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).
e)      Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.
§  Media stek
a)      Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.
b)      Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
c)      Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
d)     Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak 1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
e)      Pemupukan dasar Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.
f)       Pengisian tanah ke polybag.
g)      Penanaman stek
h)      Pembuatan naungan pembibitan. Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25%  pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.


Pemeliharaan Pembibitan
  • Pengaturan intensitas matahari
  • 0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
  • 4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
  • 6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
  • 7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
  • > 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka
  • Penyiraman dilakukan bila perlu.
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.
v  Pengolahan Media Tanam
Persiapan
1.      Persiapan lahan
Lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.
a)      Pembongkaran pohon dan tanggul. Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan takel berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum dibongkar.
b)      Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau. Dilakukan setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.
c)      Pembersihan gulma (nyasap) di musim kemarau. Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma.
d)     Pengolahan tanah
v  Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3 minggu.
v  Olah kembali sedalam 40 cm.
v  Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan 20 x 20 m.
e)      Pembuatan jalan dengan lebar jalan kebun cukup 1 meter.
f)       Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.
Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang populasinya masih cukup banyak 30-50%.
  1. Pembongkaran pohon pelindung, pohon dibongkar bersama akarnya.
  2. Pembongkaran tanaman teh tua. Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel, tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia arborisida
  3. Sanitasi lahan. Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2 minggu. Lahan dikeringanginkan 2 minggu.
  4. Pengolahan tanah. Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti 3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak perlu diolah cukup diratakan.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan     dipakai.
  • Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman baris tunggal lurus.
  • 15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris tunggal lurus
  • > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai kontur
  • Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon; penanaman baris berganda
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat 1 sampai 2 minggu sebelum penanaman. Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanam adalah:
·         Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm
·         Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Pembuatan lubang tanam ini dilakukan setelah turun hujan yang pertama (awal musim hujan). Dengan dibiarkan terbuka selama beberapa minggu, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, karena selama itu lubang terkena sinar matahari secara langsung (Setyamidjaja, 2000).
Penanaman
1.      Pemberian pupuk dasar
            Penyediaan unsur-unsur hara terutama fosfat bagi tanaman yang baru ditanam, pada lubang perlu diberikan pupuk dasar. Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12,5 g Urea + 5 g TSP + 5 g KCl per lubang tanam. apabila pH tanah di atas 6, ke dalam lubang diberikan belerang murni (belerang cirrus) sebanyak 10 g – 15 g tiap lubang.
2.      Cara menanam
a)      Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang dengan leher akar tepat d permukaan tanah. Lubang ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring, dan tanah disekitar lubang tanam diratakan.
b)      Menanam bibit asal setek
Mula-mula kantong plastik disobek dibagian bawahnya, kemudian bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik ke atas sehingga bagian bawah kantong plastik terbuka. Bibit dipegang dengan tangan kiri, disangga dengan belahan bamboo, kemudian dimasukkan ke lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.
            Setelah tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan bamboo dan kantong plastik ditarik dengan hati-hati ke luar dari lubang tanam. plastik disimpan pada ujung ajir yang berbeda di sebelahnya. Kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan dengan cara diinjak. Selesai menanam, tanah sekitar dibuang diratakan agar tidak Nampak cekung atau cembung (Setyamidjaja, 2000).
Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam. Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida maculata, Acacia decurens.
Pemeliharaan
1.      Pemupukan
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh organik menggunakan pupuk organik dapat berupa :  

  • Sampah pangkasan;
  • Sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang lain;
  • Kompos atau bokasi;
  • Sampah organik rumah tangga, kota dan pasar; Llimbah sampah organik pabrik;
  • Limbah sampah peternakan; dan          
  • Tanaman khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik, yaitu :
  Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan rumput yang diangkut ke lapangan untuk disebarkan sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
  Pupuk hijau dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama bera atau sebelum penanaman tanaman utama.
  Pupuk hijau dapat ditanam secara tumpang sari (intercrop) sebagai mulsa hidup untuk tanaman utama.
  Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley cropping, pohon atau perdu pupuk hijau ditanam sebagai pagar berjarak beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/images/stories/pemeliharaan-teh-1.gif 




Gambar 1. Pemupukan dengan menggunakan Pupuk Hijau (organik)
2.  Pembentukan Bidang Petik
a.    Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam bekong.
Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :
  • Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6 bulan, batang utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.
  • Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.

  • Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70 cm, dilakukan pemangkasan selektif bagi cabang (selective cut cross) dibiarkan selama 3-6 bulan, kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari bidang pangkas. 
b.      Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai berikut  :
  • Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan tanah. Untuk melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.
  • Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder telah mencapai panjang 40-50 cm dan dilakukan bending II dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai cabang menutup ke segala arah.
  • Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong setinggi 30 cm.
  • Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas) dibiarkan sampai mencapai ketinggian 60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut cross/dipangkas setinggi 45 cm.
                                 
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/images/stories/pemeliharaan-teh-2.gif 



Gambar 2. Perundukan (bending)
3.      Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut
  • Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).
  • Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan bersih), serta membiarkan  1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul) terutama pada tanaman muda yang ber­umur kurang dari 10 tahun.
Tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan. Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan pengolahan tanah dengan cara garpu rengat. Berbagai jenis pangkasan hu­bungannya dengan ketinggian pangkasan se­perti yang terlihat pada Gambar 3.
     
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/images/stories/pemeliharaan-teh-3.gif 



    Gambar 3. Hubungan Ketinggian Pangkasan dengan Jenis Pangkasan

4.      Pengendalian hama dan penyakit
v  Hama
  1. Helopeltis antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
  1. Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.

  1. Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
  1. Ulat penggulung pucuk (Cydia  leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.
  1. Ulat api (Setora nitens, Parasa  lepida,  Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.
  1. Tungau    jingga   (Brevipalpus     phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.


v  Penyakit
  1. Cacar teh
Penyebab: jamur Exobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
  1. Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
  1. Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamur Pestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.



  1. Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
  1. Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.
  1. Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
  1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata.

  1. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
    • Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
    • Tunas yang terlalu muda harus diambil.
    • Semua pucuk burung diambil.
    • Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
  1. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.
Periode Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.
Prakiraan Produksi
Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.



Pascapanen
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di los).
















III.             PRODUKSI DAN PEMASARAN TEH

India merupakan penghasil utama teh dengan produksi sepertiga dari total produksi dunia dan mampu memasok 15% dari total ekspor di pasar Internasional. Selain India, Negara penghasil teh lainnya adalah Cina, Sri Lanka, Kenya, Turki, Indonesia, Rusia, Jepang, dan Bagladesh. Produk yang dijual di pasar Internasional umumnya bukan berasal dari satu kebun atau pabrik, melainkan ramuan (blend) dari beberapa pabrik bahkan beberapa Negara. Hal ini terjadi karena setiap perkebunan memiliki ciri mutu yang khas, sedangkan citra mutu yang dijual ke konsumen Eropa, misalnya, mensyaratkan kombinasi mutu yang harus dipenuhi oleh ramuan beberapa sifat khas. Atas dasar itu, dalam perdagangan teh dikenal pedangan perantara atau disebut blender (peramu) dan pecker (pembungkus: yang memasarkan langsung ke konsumen). Kondisi pemasaran demikian, menempatkan produsesn pada posisi tawar yang kurang menguntungkan. Kelebihan pasokan serta dominasi blender dan packer mengakibatkan penentuan harga dikendalikan oleh pembeli (Ghani, 2002).
Pemasaran teh terutama dengan system pelelangan (auction). Pembeli memilih dan menawar teh berdasarkan contoh dari produsen. Penawar tertinggi berhak memebli teh tersebut. Di dunia, ada beberapa tempat pelelangan teh yaitu London (mulai tahun 1831, sekarang sudah tutup), Calcuta, India (1861), Colombo, Sri Langka (1883), Cochin, India (1947), Chittagong, Bangladest (1949), Nairobi, Kenya (1956), Coonoor, India (1963), Amritsar, India (1964), Mombasa, Zimbabwe (1969), Guwahati, India (1970), Jakarta (1973), Siliguri, India (1976), Coimbatore, India (1980), dan Singapura (1981) (Ghani, 2002).



1.      Luas Tanaman Perkebunan Teh, Indonesia (Ha), 2005 - 2009*
No.
Tahun
Luas Tanaman Teh (000 Ha)
1
2005
81.7
2
2006
78.4
3
2007
77.6
4
2008
78.9
5
2009*
75.4

2.      Produksi Perkebunan Teh, Indonesia (Ton), 2005  - 2009*
No
Tahun
Produksi Teh (Ton)
1
2005
128.154
2
2006
115.436
3
2007
116.501
4
2008
114.689
5
2009
112.761





3.      Produksi Bulanan Perkebunan Besar, Indonesia (Ton), 2009*
No
Bulan
Produksi The/Bulan (Ton)
1
Januari
9.4
2
Februari
8.4
3
Maret
9.1
4
April
10.1
5
Mei
11.1
6
Juni
8.6
7
Juli
8.6
8
Agustus
8.2
9
Septembe
8.3
10
Oktober
10.7
11
November
10.0
12
Desember
10.3
Total
112.8

Keterangan: * = Angka Sementara





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/budidaya-tanaman-teh/ diakses tanggal 20 Oktober 2011.
Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya; Jakarta. 134 hal.
M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung.
Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius; Yogyakarta. 154 hal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar